ada beberapa contoh Silabus, Kisi-kisi soal dan Soal Geograpi untuk kelas XII
Bukan Mudah Mencari yg hilang, gak mudah pula mengejar sbuah Impian, Namun yg trsulit adalah memperthankan apa yg sudah ada.
Sejarah Perkembangan Revolusi Industri 1.0 hingga 4.0
Ilustrasi hasil
revolusi industri (Arsip Zenius)
Definisi Revolusi Industri
Di bagian pertama ini gue akan menjawab pertanyaan elo mengenai
apa yang dimaksud dengan revolusi industri? Secara simpel, pengertian
dari revolusi industri adalah perubahan besar dan
radikal terhadap cara manusia memproduksi barang. Perubahan besar ini
tercatat sudah terjadi tiga kali, dan saat ini kita sedang mengalami revolusi
industri yang keempat.
Setiap perubahan besar ini selalu diikuti oleh perubahan besar
dalam bidang ekonomi, politik, bahkan militer dan budaya. Sudah pasti ada
jutaan pekerjaan lama menghilang, dan jutaan pekerjaan baru yang muncul. Lebih
detailnya elo harus lihat di setiap revolusi industri, tapi kasarnya adalah, beberapa
hal yang semula begitu sulit, begitu lama, begitu mahal dalam proses produksi
mendadak jadi mudah, cepat, dan murah. Ingat, Ekonomi membicarakan
macam-macam upaya manusia menghadapi kelangkaan.
Munculnya pabrik sebagai tanda revolusi Industri. (dok. Ant
Rosetzky on Unsplash)
Revolusi industri menghasilkan penurunan, malah terkadang
menghilangkan beberapa kelangkaan tersebut, sehingga waktu, tenaga, dan uang
yang semula digunakan untuk mengatasi kelangkaan-kelangkaan tersebut mendadak
jadi bebas. Jadi, bisa digunakan untuk hal lain untuk mengatasi kelangkaan yang
lain. Hilangnya atau berkurangnya sebuah kelangkaan otomatis mengubah
banyak aspek dalam kehidupan bermasyarakat. Apalagi kalau ternyata
beberapa kelangkaan menghilang! Nah, kita lihat satu persatu, sesuai urutannya.
Revolusi industri terjadi pada tahun 1770-an akhir pada revolusi industri 1.0
hingga 4.0 di sekitar tahun 2011
Revolusi Industri 1.0
Revolusi industri muncul pertama kali di negara Inggris pada
akhir 1770-an dan menyebar ke seluruh dunia, termasuk Amerika Serikat, pada
tahun 1830-an dan 40-an. Jadi bisa dibilang negara Eropa yang pertama kali
melaksanakan revolusi industri adalah Inggris. Diikuti oleh negara-negara Eropa
lainnya seperti Belgia, Prancis, dan Jerman. Terus, bagaimana revolusi industri
pertama bisa terjadi? Secara spesifik ada 3 faktor utama yang mendorong 1.0
yaitu: Revolusi Pertanian, peningkatan populasi, dan keunggulan Inggris
Raya.
Revolusi Industri menganggap era waktu yang penting karena
teknik pertanian yang lebih baik, pertumbuhan populasi, dan keunggulan Inggris
Raya yang memengaruhi negara-negara di seluruh dunia. Era revolusi industri 1.0
dimulai di Inggris dengan ditemukannya mesin uap lalu digunakan dalam proses
produksi barang. Penemuan ini penting sekali, karena sebelum adanya mesin uap,
manusia cuma bisa mengandalkan tenaga otot, tenaga air, dan tenaga angin untuk
menggerakkan apapun. Dan masalahnya, tenaga otot amat terbatas. Misalnya,
manusia, kuda, sapi dan tenaga-tenaga otot lainnya tidak mungkin bisa
mengangkat barang yang amat berat, bahkan dengan bantuan katrol
sekalipun. Butuh istirahat secara berkala untuk memulihkan tenaga
tersebut, sehingga proses produksi kalau mau berjalan 24 jam sehari membutuhkan
tenaga.
Selain dengan otot, tenaga lain yang sering digunakan adalah
tenaga air dan tenaga angin. Biasanya ini digunakan di penggilingan. Untuk
memutar penggilingan yang begitu berat, seringkali manusia menggunakan kincir
air atau kincir angin.
Masalah utama dari dua tenaga ini adalah, manusia tak bisa
menggunakannya di mana saja. Manusia cuma bisa menggunakannya di dekat air
terjun dan di daerah yang berangin.
Untuk tenaga angin, masalah tambahan adalah tenaga angin tak
bisa diandalkan 24 jam sehari. Ada kalanya benar-benar tak ada angin yang bisa
digunakan untuk memutar kincir. Masalah ini juga muncul ketika tenaga angin
menjadi andalan transportasi internasional, yaitu transportasi laut. Sebagai
gambaran, di era VOC, butuh waktu sekitar 6 bulan untuk kapal dari Belanda
untuk mencapai Indonesia, lalu 6 bulan lagi untuk berlayar dari Indonesia ke
Belanda.
Artinya, kalau mau berlayar bolak balik Batavia-Amsterdam-Batavia,
butuh waktu setahun! Maklum, terkadang ada kalanya benar-benar tak ada angin di
laut, terkadang ada angin tetapi berlawanan dengan arah yang diinginkan. Penemuan
mesin uap yang jauh lebih efisien dan murah dibandingkan mesin uap sebelumnya
oleh James Watt di tahun 1776 mengubah semua itu.
Kini tak ada lagi batasan waktu untuk menggerakkan mesin. Asal
dipasang mesin uap rancangan James Watt ini, sebuah penggilingan bisa didirikan
di mana saja, tak perlu dekat air terjun atau daerah berangin. Sebuah
kapal bahkan bisa berlayar 24 jam, selama mesin uapnya dipasok dengan kayu atau
batu bara. Ini berdampak langsung dalam waktu perjalanan dari Belanda ke
Indonesia terpangkas jauh, hitungannya bukan setahun lagi, tapi jadi cuma
sekitar 2 bulan.
Ini yang jarang dibahas di buku-buku sejarah, yaitu mengenai
revolusi industri memungkinkan bangsa Eropa mengirim kapal perang mereka ke
seluruh penjuru dunia dalam waktu jauh lebih singkat. Tidak ada lagi
cerita tentara-tentara Eropa kelelahan saat menyerang benteng milik Kerajaan
Asia. Semua daerah yang bisa terjangkau oleh kapal laut, sudah pasti terjangkau
oleh kekuatan imperialis Eropa.
Negara-negara Imperialis di Eropa ini rame–rame ngegas menjajah
kerajaan-kerajaan di Afrika dan Asia. Ingat, di akhir 1800an inilah Belanda
akhirnya menaklukkan daerah-daerah terakhir di Indonesia seperti Aceh dan Bali,
yang belum ditaklukkan.
Revolusi Industri
pertama mengubah peta geopolitik Afrika di abad IX
Jadi, karena kini tenaga mesin tidak dibatasi oleh otot, angin,
dan air terjun, terjadilah penghematan biaya dalam jumlah luar biasa di bidang
produksi, transportasi, bahkan militer.
Barang-barang yang diproduksi menjadi jauh lebih banyak, lebih
murah, dan lebih mudah didapat.
Uang yang semula dipakai untuk memproduksi dan membeli
barang-barang mahal tersebut kini bisa dipakai untuk hal lain, sehingga
barang-barang yang tak diproduksi menggunakan mesin uap pun menjadi jauh lebih
laku.
Revolusi industri 1.0 ini juga mengubah masyarakat dunia, dari
masyarakat agraris di mana mayoritas masyarakat bekerja sebagai petani, menjadi
masyarakat industri.
Intinya, kelangkaan tenaga yang semula mendominasi kesukaran
manusia dalam berlayar, dalam memproduksi, mendadak lenyap. Tenaga tidak lagi
dipasok cuma oleh otot, angin, dan air terjun, tapi juga oleh mesin uap yang
jauh lebih kuat, lebih fleksibel, dan lebih awet.
Terakhir, kelangkaan yang dikurangi adalah kelangkaan tenaga
kerja. Semula begitu banyak manusia dibutuhkan untuk menjalankan
mesin-mesin produksi. Kini mendadak semua tenaga itu digantikan mesin uap. Artinya,
mendadak semua tenaga manusia tersebut jadi bebas, mereka bisa dipekerjakan di
bidang lain. Perubahan-perubahan ini amat penting sebab perubahan ini berarti
menghilangkan keistimewaan para bangsawan. Berkat mesin uap, produksi kini bisa
berlangsung di mana saja. Berkat mesin uap, produksi besar-besaran bukan
cuma monopoli para tuan tanah yang memiliki ladang/sawah berhektar-hektar. Kini
orang-orang kaya yang memiliki mesin-mesin uap bisa memproduksi barang padahal
tanah mereka tak seberapa dibanding tanahnya para bangsawan ini. Orang-orang
biasa juga bisa memproduksi barang tanpa memiliki tanah pertanian. Dan
orang-orang bisa jadi kaya tanpa gelar bangsawan. Dominasi kaum bangsawan
yang berlangsung atas kaum non-bangsawan selama ribuan tahun terpatahkan sudah.
Penampakan mesin uap Watt, yang menjadi pijakan untuk revolusi
industri pertama.
Namun, dampak negatif revolusi industri 1.0 ini, selain
pencemaran lingkungan akibat asap mesin uap dan limbah-limbah pabrik lainnya
yang sudah elo pelajari di buku teks sekolah adalah penjajahan di seluruh
dunia. Tanpa mesin uap, Imperialis Eropa takkan bisa menaklukkan Asia dan
Afrika secepat dan semudah ini. Perkembangan revolusi industri 1.0 tidak
berhenti sampai di situ saja, prosesnya terus berkembang hingga pada tahap
revolusi industri 2.0. Lalu apa perbedaan antara keduanya? Langsung baca di
bawah ini ya.
Revolusi Industri 2.0
Revolusi industri pertama memang penting dan mengubah banyak
hal, namun yang tak banyak dipelajari adalah revolusi industri 2.0 yang terjadi
di awal abad ke-20. Saat itu, produksi memang sudah menggunakan mesin.
Tenaga otot sudah digantikan oleh mesin uap, dan kini tenaga uap mulai
digantikan dengan tenaga listrik. Namun, proses produksi di pabrik masih
jauh dari proses produksi di pabrik modern dalam hal transportasi.
Pabrik mobil Ford model T sebelum
revolusi industri 2.0. (dok. The Henry Ford.org)
Di akhir 1800-an, mobil mulai diproduksi secara massal. Namun,
di pabrik mobil, setiap mobil dirakit dari awal hingga akhir di titik yang
sama. Semua komponen mobil harus dibawa ke si tukang-perakit. Seorang
tukang-perakit memproses barang tersebut dari nol hingga produk jadi.
Perhatikan foto di atas, yang merupakan foto sebuah pabrik mobil
sebelum industri 2.0. Setiap mobil akan dirakit oleh seorang tukang yang
“Generalis” yang memproses mobil tersebut dari awal hingga selesai, dari
merakit ban, pintu, setir, lampu, dst., sampai lengkap. Proses produksi ini
memiliki kelemahan besar yaitu perakitan dilakukan secara paralel. Artinya,
untuk merakit banyak mobil, proses perakitan harus dilakukan
oleh banyak tukang secara bersamaan. Ini membuat setiap tukang harus
diajari banyak hal seperti memasang ban, memasang setir, memasang rem dll.Seandainya
ada masalah dalam proses perakitan, mobil yang belum jadi harus “digeser” dan
si tukang harus meminta mobil baru sehingga proses produksi mobil bisa berjalan
terus. Butuh waktu untuk memindahkan mobil bermasalah ini dan butuh waktu
mendapatkan mobil baru, dan proses perakitan harus mulai dari 0 lagi. Karena
itu, proses perakitan mobil seperti ini akan memakan waktu sangat banyak. Ketika
perusahaan mobil Ford di Amerika Serikat meluncurkan mobil
murah pertama di dunia, bernama “Ford Model T”, mereka kebanjiran
pesanan.
Namun, demand yang tinggi tidak didukung dengan
sumber daya yang tinggi pula hingga Ford akhirnya tidak bisa memenuhi keinginan
pasar. Dibutuhkan waktu sekitar 12 jam 30 menit buat seorang tukang untuk
merakit Ford Model T. Di tahun 1912, Ford cuma bisa memproduksi 68.773 mobil
dalam setahun. Artinya, sistem “Satu perakit, satu mobil” tak bisa
dipertahankan. Sistem produksi harus direvolusi. Tanda dimulainya revolusi
industri 2.0 adalah dengan terciptanya “Lini Produksi” atau Assembly
Line yang menggunakan “Ban Berjalan” atau conveyor belt di
tahun 1913. Hasil dari penemuan terkait dengan roda berjalan untuk
meningkatkan output barang yang diproduksi oleh pabrik. Selain itu, perubahan
sistem pada pekerja juga dilakukan untuk mempercepat proses produksi. Yaitu dengan tidak
ada lagi satu tukang yang menyelesaikan satu mobil dari awal hingga akhir. Para
tukang yang tadinya mengerjakan banyak tugas diorganisir untuk menjadi
spesialis dan cuma mengurus satu bagian saja, memasang ban misalnya. Produksi
Ford Model T dipecah menjadi 45 pos, mobil-mobil tersebut kini dipindahkan ke
setiap pos dengan conveyor belt, lalu dirakit secara serial.
Misalnya, setelah dipasang ban dan lampunya, barulah dipasang
mesinnya seperti gambar di bawah. Semua ini dilakukan biasanya dengan bantuan
alat-alat yang menggunakan tenaga listrik, yang jauh lebih mudah dan murah
daripada tenaga uap.
Proses perakitan
mobil Ford model T jauh lebih efisien dengan bantuan conveyor belt.
Penggunaan tenaga listrik, ban berjalan, dan lini produksi ini
menurunkan waktu produksi secara drastis, kini sebuah Ford Model T bisa dirakit
cuma dalam 95 menit! Akibatnya, produksi Ford Model T melonjak, dari 68 ribuan
mobil di tahun 1912, menjadi 170 ribuan mobil di tahun 1913, 200 ribuan mobil
di tahun 1914, dan tumbuh terus sampai akhirnya menembus 1 juta mobil
per-tahunnya di tahun 1922. Dan nyaris mencapai 2 juta mobil di puncak
produksinya, di tahun 1925. Totalnya, hampir 15 juta Ford Model T diproduksi
sejak 1908 sampai akhir masa produksinya di tahun 1927. Produksi mobil murah
secara besar-besaran ini mengubah bukan cuma industri mobil Amerika, bukan cuma
industri mobil dunia, tapi juga budaya seluruh dunia. Loh, kok bisa sejauh itu?
Begini, produksi mobil murah secara massal seperti itu berarti
membuat mobil menjadi barang terjangkau. Sejak Model T diproduksi massal, bukan
cuma orang kaya yang membeli dan menggunakan mobil, kelas menengah bisa
membelinya, bahkan kelas miskin bisa menyicilnya atau meminjamnya. Mendadak,
ratusan ribu, bahkan jutaan orang jadi punya mobil. Mendadak, transportasi dari
rumah ke tempat kerja jadi jauh lebih mudah, tidak tergantung jarak, tidak
tergantung jadwal transportasi umum. Ini menyebabkan munculnya daerah yang
disebut “Suburb” atau “Pinggiran” yaitu perumahan yang muncul di pinggir
kota, bukannya di pusat kota. Akibat punya mobil, jutaan orang ini butuh
garasi, tempat parkir, bengkel ganti oli, bengkel ganti ban, tukang cuci mobil,
dan 1001 hal lain yang tidak terpikir sebelumnya.
Itu baru mobil, produksi menggunakan conveyor belt ini
juga menurunkan waktu dan biaya produksi di banyak bidang lainnya. Artinya,
bertambahnya waktu, menyebabkan berkurangnya kelangkaan waktu. Selain
itu, conveyor belt juga digunakan untuk mengangkut
barang tambang dari tambang ke kapal lalu dari kapal ke pabrik. Sekali lagi,
menghemat waktu dan tenaga.
Masih belum cukup, penggunaan conveyor belt dan
lini produksi juga menghemat luas lahan yang diperlukan pabrik. Artinya,
kelangkaan lahan perkotaan untuk produksi juga berhasil dikurangi.
Conveyor Belt hasil
dari revolusi Industri 2.0 (dok. Pixabay)
Revolusi industri kedua ini juga berdampak pada kondisi militer
di Perang Dunia 2. Meski bisa dikatakan bahwa peristiwa revolusi industri 2.0
sudah terjadi di Perang Dunia 1, di Perang Dunia 2-lah efeknya benar-benar
terasa. Ribuan tank, pesawat, dan senjata-senjata tercipta dari pabrik-pabrik
yang menggunakan lini produksi dan ban berjalan. Ini semua terjadi karena
adanya produksi massal (mass production). Perubahan dari
masyarakat agraris menjadi masyarakat industri boleh dibilang jadi komplit.
Nah, itu baru industri 2.0, revolusi apa lagi yang berikutnya?
Tebakan gue sih Sobat Zenius bisa menebak kelanjutannya, sebab komponen
terpenting industri 3.0 udah sering banget elo
temui.
Oke, lebih lengkapnya gue akan bahas di bagian selanjutnya.
Revolusi Industri 3.0
Setelah mengganti tenaga otot dengan uap, lalu produksi paralel
dengan serial, perubahan apa lagi yang bisa terjadi di dunia industri? Faktor
berikutnya yang diganti adalah manusianya.
Revolusi industri 3.0 ditandai dengan adanya mesin yang bergerak
dan berpikir secara otomatis yaitu komputer dan robot. Karena hal inilah
revolusi 3.0 memiliki nama lain yaitu Revolusi Digital. Pada bagian ini,
peristiwa revolusi industri disebut perubahan karena lahirnya teknologi
komputer menandakan cikal-bakal kemudahan kerja untuk manusia. Bisa dibilang,
abad informasi dipicu oleh munculnya revolusi industri yang ke 3. Pada bagian
ini, peristiwa revolusi industri disebut perubahan karena lahirnya teknologi
komputer menandakan cikal-bakal kemudahan kerja untuk manusia.
Salah satu komputer pertama yang dikembangkan di era Perang
Dunia 2 sebagai mesin untuk memecahkan kode buatan Nazi Jerman, yaitu komputer yang bisa diprogram
pertama yang bernama Colossus adalah mesin raksasa sebesar
sebuah ruang tidur.
Colossus adalah komputer yang tidak
punya RAM dan tidak bisa menerima perintah dari manusia melalui keyboard,
apalagi touchscreen, tapi melalui pita kertas. Komputer purba ini
juga membutuhkan listrik luar biasa besar yaitu 8500 watt.
Namun, kemampuannya nggak ada sepersejutanya smartphone yang
ada di kantong kebanyakan orang Indonesia saat ini.
Foto komputer Colossus yang menjadi pijakan awal revolusi
industri 3.0 (dok. Britannica.com)
Kemajuan teknologi komputer menjadi ngebut luar
biasa setelah perang dunia kedua selesai.
Penemuan semikonduktor, disusul transistor, lalu integrated chip
(IC) membuat ukuran komputer semakin kecil, listrik yang dibutuhkan semakin
sedikit, sementara kemampuan berhitungnya terbang ke langit. Mengecilnya ukuran
komputer menjadi penting, sebab kini komputer bisa dipasang di mesin-mesin yang
mengoperasikan lini produksi.
Kini, komputer menggantikan banyak manusia sebagai operator dan
pengendali lini produksi, sama seperti operator telepon di perusahaan telepon
diganti oleh relay sehingga kita tinggal menelpon nomor
telepon untuk menghubungi teman kita. Proses ini disebut “Otomatisasi” semuanya
jadi otomatis, tidak memerlukan manusia lagi. Artinya, sekali lagi terjadi
penurunan kelangkaan sumber daya manusia, terbebasnya ribuan tenaga kerja untuk
pekerjaan – pekerjaan lain. Seiring dengan kemajuan komputer, kemajuan
mesin-mesin yang bisa dikendalikan komputer tersebut juga meningkat.
Macam-macam mesin diciptakan dengan bentuk dan fungsi yang menyerupai bentuk
dan fungsi manusia. Peristiwa revolusi industri 3.0 ini menempatkan
komputer sebagai otak dari sebuah mesin, robot menjadi tangannya, pelan-pelan
fungsi pekerja kasar dan pekerja manual menghilang. Namun, ini bukan berarti
tugas manusia di produksi bisa digantikan sepenuhnya oleh robot. Pabrik-pabrik
mobil semula berpikir revolusi industri 3.0 ini akan seperti 2.0, di mana
produksi paralel diganti total oleh lini produksi, robot akan secara total
diganti oleh manusia. Pabrik-pabrik mobil di tahun 1990an mencoba
mengganti semua pegawai mereka dengan robot, hasilnya adalah produktivitas
malah menurun. Elon Musk mencoba melakukannya lagi di tahun 2010an ini di
pabrik mobil Tesla-nya. Akhirnya, semua orang menemukan fakta bahwa untuk
produksi mobil, kombinasi manusia dan robot-komputer adalah yang terbaik.
Munculnya robot dan komputer menjadi penolong manusia, bukannya penggantinya.
Elon
Musk Pendiri Tesla (dok. Pixabay)
Sekali lagi, peristiwa revolusi industri ini mengubah
masyarakat. Negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan negara-negara Eropa
Barat berubah dari mengandalkan sektor manufaktur, menjadi mengandalkan sektor
jasa seperti bank, studio film, TI, dll. Mereka berubah dari ekonomi industri
menjadi ekonomi informasi. Karena kemajuan ini juga, terjadilah perubahan dari
data analog menjadi data digital. Misalnya, dari merekam musik menggunakan
kaset menjadi menggunakan CD, dari menonton film di video player menjadi
menggunakan DVD player; dst. Ini terjadi karena komputer itu cuma
bisa bekerja dengan data digital.Karena peristiwa revolusi industri ini
juga, video game menjadi sesuatu yang normal dalam kehidupan
kita, menjadi bisnis dengan nilai miliaran, bahkan triliunan Dolar. Di
sisi negatifnya, digitalisasi, komputerisasi membuat kejahatan-kejahatan baru
muncul contohnya penipuan digital yang menggunakan komputer.
Oke, setelah pemasangan komputer dan robot dalam proses
produksi, memangnya ada kemajuan apa lagi? Memangnya kemajuan apa lagi sih yang
bisa terjadi di dunia industri sampai kita bisa menyentuh revolusi industri
4.0?
Mari kita simak sejarah revolusi industri 4.0 di bawah ini!
Revolusi Industri 4.0
Oke, pada bagian ini gue akan menjawab pertanyaan elo mengenai
apa itu revolusi industri 4.0?
Sebenernya, konsep “Industri 4.0” pertama kali digunakan di
publik dalam pameran industri Hannover Messe di kota Hannover, Jerman di tahun
2011.
Dari peristiwa ini juga sebetulnya ide “Industri 2.0” dan
“Industri 3.0” baru muncul, sebelumnya cuma dikenal dengan nama “Revolusi
Teknologi” dan “Revolusi Digital”.
Nah, elo mungkin bisa nebak, setelah 2 revolusi
itu, revolusi macam apa lagi sih yang bisa terjadi?
Perhatikan deh, semua revolusi itu terjadi menggunakan revolusi
sebelumnya sebagai dasar. Industri 2.0 takkan muncul selama kita masih
mengandalkan otot, angin, dan air untuk produksi. Industri 3.0 intinya meng-upgrade lini
produksi dengan komputer dan robot.
Sejatinya, revolusi industri dikatakan revolusi karena terjadi
secara perlahan-lahan dan mengalami perkembangan yang cukup signifikan.
Pada industri 4.0 pada dasarnya juga menggunakan komputer dan
robot. Terus, kalo gitu sebenernya kemajuan apa saja yang muncul sehingga
membedakannya dari revolusi sebelumnya?
Nah, di sini elo harus bisa memahami kalau definisi revolusi
industri 4.0 adalah cara untuk menggambarkan kaburnya batas antara dunia fisik,
digital, dan biologis.
Revolusi ini adalah perpaduan kemajuan dalam kecerdasan
buatan (AI), robotika, Internet of Things (IoT), pencetakan 3D, rekayasa
genetika, komputasi kuantum, dan teknologi lainnya.
Yang pertama dari peristiwa revolusi industri 4.0 yang
paling terasa adalah internet. Semua komputer tersambung ke sebuah jaringan
bersama. Komputer juga semakin kecil sehingga bisa menjadi sebesar kepalan
tangan kita, makanya kita jadi punya smartphone.
Bukan cuma kita tersambung ke jaringan raksasa, orang-orang di
dunia jadinya selalu tersambung ke jaringan raksasa tersebut. Inilah bagian
pertama dari revolusi industri keempat yaitu “Internet of Things”.
Saat komputer-komputer yang ada di pabrik itu tersambung ke
internet, saat setiap masalah yang ada di lini produksi bisa langsung diketahui
saat itu juga oleh pemilik pabrik, di manapun si pemilik berada.
Ponsel pintar (smartphones) yang
senantiasa membuat kita terhubung dengan dunia luar adalah instrumen penting
dalam revolusi industri 4.0. (dok. Pixabay)
Kedua, kemajuan teknologi juga menciptakan 1001 sensor
baru, dan 1001 cara untuk memanfaatkan informasi yang didapat dari
sensor-sensor tersebut yang merekam segalanya selama 24 jam sehari.
Informasi ini bahkan menyangkut kinerja pegawai manusianya.
Misalnya, kini perusahaan bisa melacak gerakan semua dan setiap pegawainya selama
berada di dalam pabrik.
Fingerprint –
bagian dari revolusi industri 4.0 (dok. Pexels)
Dari gerakan tersebut, bisa terlihat, misalnya, kalau
pegawai-pegawai tersebut menghabiskan waktu terlalu banyak di satu bagian,
sehingga bagian tersebut perlu diperbaiki.
Masih ada 1001 informasi lainnya yang bisa didapat dari 1001
data yang berbeda, sehingga masih ada 1001-1001 cara meningkatkan produktivitas
pabrik yang semula tak terpikirkan. Karena begitu banyaknya ragam maupun jumlah
data baru ini, aspek ini sering disebut Big Data.
Ketiga, berhubungan dengan yang pertama dan kedua,
adalah Cloud Computing. Perhitungan-perhitungan rumit tetap
memerlukan komputer canggih yang besar, tapi karena sudah terhubung dengan
internet, karena ada banyak data yang bisa dikirim melalui internet, semua
perhitungan tersebut bisa dilakukan di tempat lain, bukannya di pabrik.
Jadi, sebuah perusahaan yang punya 5 pabrik di 5 negara berbeda
tinggal membeli sebuah superkomputer untuk mengolah data yang diperlukan secara
bersamaan untuk kelima pabriknya. Tidak perlu lagi membeli 5 superkomputer
untuk melakukannya secara terpisah.
Keempat, ini yang sebetulnya paling besar yaitu
adanya Machine learning. Mesin ini adalah mesin yang memiliki
kemampuan untuk belajar dan bisa sadar bahwa dirinya melakukan kesalahan
sehingga melakukan koreksi yang tepat untuk memperbaiki hasil berikutnya. Ini
bisa dilukiskan dengan cerita “AlphaZero AI”.
Sebelum Machine Learning, sebuah komputer melakukan
tugasnya dengan “Diperintahkan” atau “Diinstruksikan” oleh manusia. Untuk lebih
detilnya, elo bisa baca artikel mengenai Artificial Intelligence.
Akankah Robot Menguasai Kehidupan Manusia di Masa Depan?
Mengkombinasikan keempat hal ini artinya perhitungan yang rumit,
luar biasa, dan tidak terpikirkan tentang hal apapun bisa dilakukan oleh
superkomputer dengan kemampuan di luar batas kemampuan manusia.
Kenyataannya tentu saja saat ini belum sekeren itu.
Point keempat, yaitu AI dan Machine Learning, masih amat terbatas
untuk tugas-tugas tertentu.
Tantangannya masih banyak, misalnya koneksi internet yang belum
universal dan masih adanya beberapa daerah yang tidak memiliki koneksi
internet, bahkan di Amerika Serikat yang terkenal sebagai negara adidaya
sekalipun.
Selain itu, koneksi internet berarti munculnya celah keamanan
baru. Perusahaan saingan pasti berusaha mengintip kinerja dan rancangan
produksi lewat celah keamanan komputer pengendali produksi yang kini bisa
diakses dari internet.
Perkembangan Revolusi Industri Sampai
Kapan?
Artificial Intelligence sebagai bagian dari revolusi industri
(dok. Unsplash)
Nah, sekarang elo udah tau mengenai sejarah perkembangan
revolusi industri 1.0 sampai 4.0.
Saat ini, revolusi industri 4.0 sedang dibicarakan, dipersiapkan,
diperdebatkan, dan dimulai. Melihat pola sejarah, akan terjadi perubahan besar
di dunia.
Jutaan pekerjaan lama yang semula mapan, yang semula diandalkan
oleh kakek-nenek bahkan ayah-ibu elo kemungkinan akan menghilang. Dan jutaan
pekerjaan baru yang tak terpikirkan oleh elo mungkin akan muncul. Tahapan
revolusi industri sebetulnya adalah tahapan yang rumit dengan pengaruh yang
luar biasa luas pada kehidupan masyarakat.
Jadi, sebenarnya kita masih belum tahu sejauh mana revolusi
industri 4.0 ini akan memberikan dampak bagi peradaban manusia.Nggak menutup
kemungkinan akan muncul revolusi industri 5.0 dan seterusnya. Bisa elo
lihat bahwa setiap revolusi industri, walaupun mengguncang ekonomi, politik,
bahkan budaya, dan meski memiliki banyak sekali sisi negatif dan masalah,
selalu membawa masyarakat ke arah yang lebih baik.
Revolusi industri 4.0 bisa jadi akan menggilas banyak orang,
tetapi siapa bilang orang-orang yang tergilas itu tidak bisa bangkit dan
memanfaatkan roda penggilas mereka?
Sekian yang bisa gue sampaikan mengenai sejarah perkembangan
revolusi industri 1.0 sampai 4.0. Semoga artikel ini bermanfaat buat Sobat
Zenius dan jadi lebih mengetahui perkembangan yang terjadi di dunia dari waktu
ke waktu.
Pendafataran Mahasiswa/ Baru IAI Qamarul Huda Tahun 2022
Kami membuka pendafataran calon mahasiswa/i Baru Institut Agama Islam Qamarul Huda Tahun Akademik 2022-2023
50 Soal Ujian Sekolah (US) PG Geografi 2020
8 pendapat mengenai ASAL NAMA SASAK DAN LOMBOK
8 pendapat mengenai ASAL NAMA SASAK DAN LOMBOK. Sasak dan Lombok memiliki arti yang beraneka ragam. sebagai berikut: 1. Sumber lisan: Sasak...
-
Berikut kami informasikan SK dan Sertifikat Akreditasi Kampus Institut Agama Islam Qamarul Huda Bagu Lombok Tengah, silahkan yang membutuhka...
-
PENERIMAAN MAHASISWA/I BARU INSTITUT AGAMA ISLAM QAMARUL HUDA BAGU TAHUN AKADEMIK 2024–2025 Institut Agama islam QAMARUL Huda BAGU Tahun ini...