Cara Penghitungan Skala Peta

Pengertian Skala Peta
Skala peta adalah angka dengan perbandingan jarak peta dengan jarak sebenarnya. Semakin besar suatu skala peta maka semakin detail pula informasi yang tersaji pada peta tersebut, begitu juga sebaliknya.
Jenis Skala Peta
Skala pada peta berfungsi sebagai penunjuk perbandingan antara jarak pada peta dengan jarak sesungguhnya. Akan etapi skala peta tidak hanya berwujud angka saja, juga ada yang berbentuk grafis. Ada 3 jenis skala peta yang kita kenal, yakni:
Skala Angka
Skala angka adalah skala yang berbentuk angka untuk menunjukkan perbandingan jarak pada peta dengan jarak sebenarnya.
Skala Garis atau Grafis
Merupakan skala yang ditunjuk dengan garis lurus yang dibagi menjadi beberapa ruas. Setiap ruas menunjukkan bagian yang sama.
Skala Verbal
Merupakan skala yang dinyatakan dalam bentuk kalimat atau secara verbal.
Jenis Peta Berdasarkan Skala
Dilihat dari skalanya, peta terbagi menjadi beberapa jenis. Ada 5 jenis peta dalam kategori ini, antara lain:
 Peta Kadaster, peta yang berskala besar dengan skala 1:100-1:5000
 Peta Skala Besar, peta yang berskala 1:5000 – 1:250.000
 Peta Skala Menengah, peta yang berskala 1:250.000 – 1:500.000
 Peta Skala Kecil, peta yang berskala 1:500.000 – 1:1.000.000
 Peta Geografi, peta yang berskala >1:1.000.000
Cara Menghitung Skala pada Peta
Berikutnya mari masuk ke pembahasan mengenai rumus mencari skala dan rumus mencari jarak. Silakan simak pembahasan di bawah ini.
Perhitungan Skala Angka
Pertama mari kita bahas tentang cara menghitung dengan skala angka. Skala ini dipakai untuk menghitung jarak wilayah sesungguhnya dengan memanfaatkan peta. Rumus skala untuk menghitung jarak sebenarnya adalah:
Jarak Sesungguhnya = Jarak pada Peta / Skala
Selain itu pada suatu perkara atau pada sebuah soal kita diminta untuk mencari skala suatu peta. Rumus yang kita gunakan adalah:
Skala = Jarak pada Peta / Skala
Apabila ingin mencari jarak pada peta, maka rumus yang kita gunakan adalah sebagai berikut:
Jarak pada Peta = Skala x Jarak Sebenarnya
Perhitungan Skala Batang

Untuk cara menghitung skala peta jenis batang, kita memakai ukuran pada batang grafis atau garis lurus yang ada di bawah gambar peta. Pada batang grafis atau garis, jarak suatu ruas atau kolom adalah sama dan masing-masing ruas mewakili jarak tertentu.
Ada perbedaan mendasar antara skala batang dengan skala angka, jika suatu peta diperkecil, kita tetap bisa menggunakan skala batang tersebut sebagai perhitungan tanpa perlu melakukan konversi.
Umumnya skala batang masing-masing mempunyai ruas sepanjang 1 cm yang mewakili jarak sebenarnya. Contohnya pada suatu peta mempunyai jarak 1 : 100.000, maka skala batang mempunyai panjang masing-masing ruas 1 cm.
Contoh Soal Menghitung Skala Peta
Cara Mencari Jarak Sebenarnya
Pada sebuah peta dengan skala 1:10.000.000, jarak antara kota A dan kota B adalah 5 cm. Berapakah jarak sebenarnya kota A dengan kota B?
Jawab:
Jarak sesungguhnya = 5 cm / 1 : 10.000.000
= 5 cm × 10.000.000 / 1
= 50.000.000 cm
Jadi, jarak sebenarnya antara kota A dan B adalah 50.000.000 cm atau juga bisa diubah menjadi 500 km.

Menghitung Skala Angka
Jarak antara kota A dan kota D pada sebuah peta adalah 8 cm. Sementara jarak sebenarnya antara kota A dan kota D adalah 160 km. Berapakah skala peta tersebut berdasarkan satuan cm?
Jawab:
160 km = 160.000.000 cm
Skala = Jarak pada Peta : Jarak Sesungguhnya
= 8 cm : 160.000.000 cm
= 1 : 2.000.000
Jadi, skala peta tersebut adalah 1 : 2.000.000.


Menghitung Skala Batang
Jarak antara Desa Jeruk dengan Desa Mangga pada peta dengan skala batang adalah 4 ruas. Satu ruas pada peta tersebut mewakili 1 km. Berapa jarak sesungguhnya dari kedua desa tersebut?
Karena setiap ruas pada peta tersebut dianggap mewakili 1 km, maka jarak kedua desa tersebut adalah: 4 × 1 km = 4 km.
Menghitung Jarak dengan Selisih Derajat Lintang-Bujur
Cara mencari skala dengan rumus jarak di atas sudah lazim ditemui. Akan tetapi juga ada yang menggunakan selisih derajat lintang dan bujur untuk menghitung skala.
Seperti yang diketahui, bumi berbentuk bulat dengan sedikit pepat di kutub dan menggelembung di bagian ekuator. Dalam kartografi orang-orang sering menghitung jarak di lapangan dengan memakai selisih perbedaan garis bujur atau lintang.

Garis lintang atau latitude adalah garis yang melintang dari atas ke bawah atau vertikal yang menghubungkan kutub utara dengan kutub selatan. Sedangkan garis bujur atau longitude adalah garis mendatar atau horizontal yang sejajar dengan garis khatulistiwa. Lalu bagaimana menghitung jarak dengan lintang dan bujur?
Karea bumi berbentuk seperti bola, maka ketentuan yang mengatur koordinat bujur-lintang mirip dengan ketentuan operasi matematika yang berkaitan dengan lingkaran. Dengan begitu, cara menentukan koordinat lintang-bujur sama dengan perhitungan lingkaran, yakni derajat, menit dan detik.
Contohnya ada bilangan 5° 42’, 30” LS. Cara membacanya adalah 5 derajat 42 menit 30 detik Lintang Selatan.
Sedangkan untuk membaca jarak setiap garis tersebut, ketentuannya adalah sebagai berikut:
 1 derajat bujur/lintang = 111,322 km (diambil garis terpanjang yaitu equator)
 1 derajat bujur/lintang = 60′ (menit) = 3600″ (detik)
 1 menit bujur/lintang = 60″ (detik)
 1 menit bujur/lintang = 1.8885,37 meter
 1 detik bujut/lintang = 30, 9227 meter
Contoh Soal
Berapakah jarak antara 6⁰ 10′, 45″ LU sampai 7⁰ 11′, 48″ LU?
Jawab:
Selisih kedua jarak lintang tersebut adalah 1 derajat 1 menit dan 3 detik. Langkah selanjutnya adalah dengan menggunakan rumus mencari jarak di atas, yakni:
1 derajat x 111,322 km = 111,322 km
1 menit x 1.885,37 m = 1.885,37 m = 1,885 km
3 detik x 30, 9227 m = 927, 681 m = 0,926 km
Jadi 111,322 km + 1.885,37 m + 927, 681 m = 114,134 km
Memperbesar dan Memperkecil Peta

Selain mencari cara menghitung skala peta, biasanya kita juga diminta untuk memperbesar maupun memperkecil suatu peta. Gambaran pada peta bisa diperbesar maupun diperkecil sesuai dengan kebutuhan. Setidaknya ada 3 cara untuk memperbesar maupun memperkecil peta. Berikut penjelasan selengkapnya yang bisa Anda simak.
Menggunakan Grid
Cara memperkecil atau memperbesar peta pertama adalah dengan bantuan grid atau garis-garis koordinat. Garis koordinat adalah garis khayal pada peta yang terdiri atas garis lintang dan garis bujur.
Bila gambar suatu daerah diperbesar, maka bentuk daerahnya tetap, namun ukuran panjang dan lebar diperbesar. Di samping itu bilangan pembagi skala menjadi lebih kecil dan detail gambar menjadi lebih banyak.
Begitu juga bila peta diperkecil. Maka bentuk daerah tetap, namun ukuran panjang dan lebar diperkecil, bilangan pembagi skala menjadi lebih besar dan detail gambar menjadi lebih sedikit.
Menggunakan Fotokopi
Cara kedua yang bisa dimanfaatkan adalah dengan memakai fotokopi. Jika ingin memperbesar peta, maka harus memakai fotocopy yang bisa memperbesar peta. Akan tetapi sebelumnya usahakan skala peta yang akan diperbesar sudah diubah dalam bentuk skala garis atau batang.
Dengan begitu perubahan hasil peta yang diperbesar sesuai dengan perubahan skalanya. Akan tetapi bila masih dalam bentuk skala angka maka cara menyesuaikannya sedikit rumit.
Memakai Pantograf
Cara terakhir adalah dengan memanfaatkan alat bernama pantograf. Alat pantograf merupakan alat yang digunakan untuk memperbesar maupun memperkecil skala peta.\Alat ini dapat mengubah ukuran peta sesuai dengan yang diinginkan.
Alat ini mempunyai beberapa sisi jajaran genjang. Tiga dari empat sisi jajaran genjang mempunyai skala faktor yang sama. Skala pada ketiga sisi ini bisa diubah-ubah sesuai dengan kebutuhan.

SEJARAH PEMBENTUKAN BUMI, JAGAD RAYA DAN TATA SURYA


A.   Teori terbentuknya muka bumi
Adapun berbagai teori terbentuknya kulit bumi yang dikemukakan para ahli antara lain:
1.      Teori Kontraksi oleh Descrates
Teori ini menyatakan bumi semakin lama semakin susut dan mengkerut yang disebabkan oleh terjadinya proses pendinginan, sehingga di bagian permukaannya terbentuk relief berupa gunung, lembah, dan dataran.
2.      Teori Dua Benua oleh Edward Zuees
Teori ini menyatakan bahwa awalnya bumi terdiri atas dua benua yang sangat besar, yaitu Laurasia dan Gondwana yang bergerak kea rah equator, sehingga terpecah-pecah menjadi benua-benua yang lebih kecil. Laurasia terpecah menjadi Asia, Eropa, dan Amerika Utara. Gondwana pecah menjadi Afrika, Australia, dan Amerika Selatan.
3.      Teori Pengapungan Benua oleh Alfred Wegener
Teori ini menyatakan bahwa di bumi hanya ada satu benua super besar yaitu Pangea. Kemudian benua ini terpecah-pecah dan terus bergerak ke arah equator. Teori ini dapat dibuktikan adanya persamaan yang mencolok antara garis kontur pantai timur Benua Amerika Utara dan Selatan dengan garis kontur pantai barat Eropa dan Afrika, serta adanya kesamaan batuan dan fosil pada kedua daerah tersebut.
5.      Teori Konveksi
Teori ini menyatakan bahwa di alam bumi ini masih dalam keadaan panas dan berpijar terjadi arus konveksi ke arah lapisan kulit bumi yang berada di atasnya.
6.      Teori Lempeng Tektonik
Kulit bumi atau litosfer terdiri atas beberapa lempeng yang berada di atas lapisan astenosfer. Lempeng ini terdiri dari atas lempeng benua dan lempeng samudera. Lempeng-lempeng ini bergerak dan mendesak satu sama lain. Bertemunya antara dua benua lempeng disebut tumbukan (subduction), sedangkan daerah yang menjadi tempat tumbukan lempeng-lempeng disebut subduction zone.

Modul Aplikasi Komputer

Teori Big Bang


KONSEP PEMBELAJARAN BAHASA ARAB MENGGUNAKAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS ICT

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam suatu proses belajar mengajar, dua unsur yang amat penting adalah metode pengajaran dan media pembelajaran. Kedua aspek ini saling berkaitan. Pemilihan salah satu metode mengajar tertentu akan mempengaruhi jenis media pembelajaran yang sesuai, meskipun masih ada berbagai aspek lain yang harus diperhatikan dalam memilih media, antara lain tujuan pengajaran, jenis tugas dan respon yang diharapkan siswa kuasai setelah pengajaran berlangsung, dan konteks pembelajaran termasuk karakteristik siswa. Meskipun demikian, dapat dikatakan bahwa salah satu fungsi utama media pengajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru. Sejarah penggunaan media pembelajaran seperti alat peraga yang dapat dilihat (visual) sudah dikenal sejak abad tujuh belas.Orang yang memperkenalkan alat peraga tersebut adalah Comenius berkaitan dengan pengajaran bahasa asing. Alat peraga yang biasa didengar dan dilihat merupakan alat bantu yang digunakan untuk memplajari bahasa_terutama bahasa asing_sehingga lebih efektif dan efisien.

MERANCANG DESAIN PEMBELAJARAN PAI

BERKARYA SELAMANYA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya pendidikan dan sistem pendidikan di Indonesia, seluruh elemen masyarakat, utamanya yang terkait langsung dengan pendidikan dituntut untuk lebih kreatif dan profesional untuk mengembangkan pendidikan. Selain itu, para pelaku pendidikan juga diharapkan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan bersama sesuai dengan kebutuhan dan tantangan pendidikan. Untuk itulah perlu adanya cara atau metode untuk menjawab tangtangan – tantangan yang muncul seiring dengan berkembangnya waktu, maka muncullah cara atau metode yang disebut perencanaan dan desain pembelajaran yang diharapkan akan lebih memudahkan proses belajar mengajar, dan